Langkau ke kandungan utama

ATHEIST dan Persoalan - persoalan Fundamental



Atheist, sebuah novel karya Achdiat K Mihardja yang pertama kali diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1949. Roman ini menggunakan tiga gaya naratif yang mengisahkan tentang kehidupan Hasan, seorang Muslim muda yang dibesarkan untuk berpegang pada agama (menurut kebanyakan komentar, dalam asuhan Tariqat Naqshabandiyah) tetapi akhirnya meragukan agamanya sendiri setelah berurusan dengan seorang sahabat penganut Marxism - Leninism dan seorang penganut nihilism (dalam kisah ini lebih banyak disinggung  term 'anarchist').


Achdiat, seorang wartawan sekaligus redaksi yang pernah bergabung dengan penyair eksentrik Chairil Anwar dan Parti Sosialis Indonesia (PSI). 


Achdiat menulis Atheist memakan masa hampir setahun, iaitu antara bulan Mei 1948 dan February 1949.

Terutama membahas mengenai persoalan iman, novel ini juga menyinggung hubungan nilai - nilai modern dan nilai - nilai tradisional. Antara sikap orang tuanya yang mewakili nilai - nilai ketimuran, dan rakan - rakannya, yang melambangkan kebaratan.

Terjadi perbahasan yang cukup sengit saat Atheist ini diluncurkan. Tokoh - tokoh agama, Marxist Leninist dan anarchist menolak novel ini kerana kurang menjelaskan ideology mereka masing - masing, tetapi tokoh - tokoh sastera, termasuk Pram dan HAMKA antara yang memuji naskhah ini. Sarjana Teeuw yang mengkaji sastera Melayu, menulis, bahawa Atheist adalah roman pertama yang benar - benar menarik setelah perang kemerdekaan, dan Sastrowardoyo menyebut karya ini sebagai 'well made novel'.

Menurut Achdiat, tokoh agama menolak keras novel ini kerana menggambarkan Hasan, protagonist utama novel ini, yang mereka menganggap sebagai wakil agama dan orang beriman, sebagai orang yang tidak dapat mengatasi godaan; dan mereka juga tidak setuju dengan kurangnya perbahasan tentang doktrin agama. Agama yang ditampilkan di dalam Atheist, terlalu ringkas dan tidak matang. Tokoh - tokoh Marxist dan anarchist juga merasakan bahawa ideology mereka kurang dijelaskan, dan menganggap bahawa tokoh Rusli dan Anwar tidak benar - benar mencerminkan pemikiran ahli falsafah ideology berkenaan seperti Karl Marx dan Friedrich Nietzsche.



Novel ini secara ringkasnya, berkisah tentang Hasan seorang pemuda abid yang dididik oleh orang tuanya untuk berpegang kuat pada ajaran agama Islam. Pertemuannya kembali dengan Rusli, teman masa kecilnya yang telah menjadi seorang pejuang dan activist politic bawah tanah membawa Hasan kepada pemikiran Atheism yang berseberangan dengan apa yang diajarkan oleh orang tuanya selama ini.

Hasan pada mulanya ingin berdakwah kepada Rusli, kawannya, yang juga mempunyai seorang adik angkat, perempuan bernama Kartini, yang sangat mirip dengan Rukmini, kekasihnya suatu masa dulu di kampung. Bagi Hasan, Kartini adalah jelmaan yang dikirim Tuhan untuk menggantikan Rukmini yang telah pergi dari kehidupannya. Ternyata, kedua temannya itu mempunyai keyakinan yang berbeza dengan keyakinan dirinya, mereka beranggapan bahawa sebenarnya Tuhan itu tidak ada. Hal itulah yang membuah Hasan berombak - ombak untuk mengislamkan kedua temannya itu, akan tetapi niat baiknya itu semakin terkikis oleh kebaikan Rusli dan Kartini dan akhirnya Rusli dan Kartini berjaya menariknya dengan kuat menjadi seorang yang tidak percaya kepada agama, seorang yang tidak percaya kepada Tuhan.

Perubahan pandangan Hasan semakin menjauh dan mencapah seiring dengan siri diskusi demi diskusi yang panjang bersama Rusli dan Kartini, ditambah perkenalannya dengan kawan - kawan senior Rusli, terutama Anwar, seorang nihilist yang anarchist juga egoist yang hidup hanya untuk dirinya sendiri tanpa mempedulikan kehidupan orang lain.

Kemunculan Anwar kemudian mulai mengubah hidup Hasan, yang diawali dengan hubungan Hasan dengan orang tuanya, apabila kedua mereka balik ke kampung Hasan. Anwar memprotest keras Hasan yang katanya adalah berpura - pura dan munafik serta tidak berani berpendirian, kerana masih bersembahyang di rumah orang tuanya. Hasan yang penuh keragu - raguan, kemudian terpancing untuk secara terbuka mengistiharkan pegangan barunya kepada ayah dan ibunya, menyebabkan kedua orang tuanya yang begitu religious menjadi sangat kecewa dan mengusir Hasan.

Kebimbangan hati Hasan tentang hidupnya pun semakin bertambah berat apabila dia sudah melukai hati kedua orang tuanya dengan menjadi Atheist dan menikahi Kartini. Ayah Hasan yang tidak menyetujui perkahwinan ini bertambah bengkak sampai meninggal dunia dengan membawa penyesalan yang mendalam kerana perbuatan anaknya.

Conflict dalam kisah ini semakin rumit apabila Anwar membuat rumah tangga Hasan dan Kartini bertambah goyah, (kerana hubungan Kartini dan keluarga Hasan juga tidak baik). Anwar, seorang mata keranjang, yang kerana ketertarikannya pada Kartinilah yang membuatkan Hasan cemburu dan menimbulkan pertengkaran hebat antara Hasan dan Kartini.

Pertengkaran ini membuatkan Kartini memutuskan untuk lari rumah, menghindar sesaat demi menunggu redanya amarah Hasan. Namun dalam pelariannya tersebut, Kartini terjumpa Anwar di pertengahan jalan. Anwar menghasutnya untuk meninggalkan Hasan, malah Kartini hampir menjadi korban nafsu binatang Anwar di sebuah hotel.



Komentar Raja Ahmad Aminullah,

 Buku tulisan Achdiat Karta Mihardja ini adalah buku teks untuk kertas sastra Melayu buat para pelajar yang menduduki HSC (kini STP) tahun - tahun awal - pertengahan 1970an. Meskipun teks untuk mata pelajaran sastra, beberapa orang kawan - kawan aliran sains (kawan - kawan yang brilliant dalam pengajian sainsnya) turut membahaskan kandungannya bersama sebagai latar mengenai kehidupan, 'ideologi' dan pemikiran. Antara mereka ada yang menjadi pimpinan pergerakan pelajar waktu itu; ada yang bertugas sebagai pegawai tinggi awam, ada yang kini mengaji kitab kuning, ada yang menjadi orang korporat, ada yang menjadi lulusan undang - undang, dan ada yang baru pencen sebagai imam besar sebuah mesjid negeri. Hampir kesemua menjadi orang yang memberatkan factor amanah dalam kerjaya pilihannya; dan tetap dengan penilaian/pemikiran yang kritis. Dan ada yang menjadi seperti pencatit nota rengkas ini.
Ada sejumlah besar pertanyaan yang disinggung oleh Achdiat, dalam roman ini, yang inilah rasanya yang ditanggung oleh Hasan, yang tidak terjawabkan apabila diserang oleh argument - argument Rusli, Kartini dan Anwar. Mungkinkah, watak Hasan ini adalah lahir dari pertanyaan - pertanyaan Achdiat sendiri yang tidak mampu diselesaikan oleh agamawan - agamawan sezamannya pada waktu itu, yang mengakibatkan Achdiat mengarang narrative ini, dan melemahkan watak Hasan yang hampir tidak berhujah dalam naskhah ini, sebaliknya hujah dari Marxist Atheist seperti Rusli dan anarchist seperti Anwar dikemukakan dengan lantang. Jika Wahib menulis keraguan - keraguannya dalam catatan seharian, Achdiat menuangkan dalam novel ini.


Beberapa persoalan fundamental



(ada dua buah persoalan yang terpadam, akan ditulis kembali nanti)

Kebanyakan yang trauma dengan agama sentiasa mengatakan bahawa agama ini candu, sedangkan,


1) '...Dan siksaan kubur itu ada bermacam - macam. Kalau Raden Asan suka menyiksa haiwan, kuda misalnya, nanti di neraka, kuda itu akan membalas dendam. Raden Asan akan disiksa kembali oleh kuda itu. Disepak - sepak dan digigitnya. Itulah maka Raden Asan tidak boleh menyiksa haiwan. Haiwan apa sahaja, kecuali yang jahat. Ya, yang jahat harus kita bunuh. Kalau Raden Hasan suka mencuri, nanti tangan Raden Asan akan dipotong kedua - duanya..,' *ms 24



Bukankah ajaran pembantu rumah keluarga Hasan ini, bernama Siti, kepada Hasan ini, berpengaruh untuk menjadikan seorang Hasan yang bocah, menjadi seorang anak yang baik dan tidak menjadi seorang anak yang nakal, serta diharap pada masa hadapan, anak yang baik akan menjadi seorang warganegara yang baik juga? Bukankah pesanan - pesanan moral, selain dibincangkan tentang ganjaran baik, perlu juga ada ancaman yang mengingatkan? Apakah mengajar anak menjadi baik, itu juga adalah candu?



2) Dari potret itu aku melangkah ke rak buku dekat meja tulis. Banyak bukunya, fikirku, tapi buku - buku apa semuanya? Banyak bahasa Inggeris juga. Ingin aku mengetahuinya, tetapi dari awalnya sudah bisa kupastikan, bahawa tentunya tidak ada tentang agama Islam. Buku - buku kapir semuanya, fikirku. Tiba - tiba teringat aku kepada ucapan Ayah, tatkala aku masih sekolah dulu. Kata Ayah, 'San, berhati - hatilah engkau dalam hal bacaan. Banyak buku - buku yang tak baik kau baca.'

Maksud ayah itu terutama mengenai buku - buku cabul yang biasa menimbulkan nafsu berahi yang buruk pada orang - orang muda yang membacanya. Tapi bukan terhadap buku - buku cabul demikian saja Ayah memperingatkan aku itu, melainkan pun juga terhadap buku - buku tentang agama Kristian yang banyak disebarkan oleh Zending dan Missie, yang bisa merusak imanku sebagai ummat Muhammad.
'Lebih baik bacalah buku - buku yang mengandung teladan bagi keselamatan hidupmu dunia akhirat. Tapi lebih baik lagi, kalau kau sering membaca Kitab Suci Al Qur'an, terutama surah Yaasin pada tiap malam Jumaat.' Demikianlah wejangan Ayah. *ms 63


Persoalan ini adalah persoalan cliche lagi reality umat Islam hari ini, apatah lagi di Malaysia, yang mana umat Islam rata - ratanya tidak mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk berhujah mengenai agama mereka sendiri. Bukan tentang agama orang lain, tetapi, terhadap agama sendiri pun, mereka tidak mempunyai kekuatan. Mereka hanya berkubu dan berlindung di bawah payung kekuasaan, di bawah naungan daulah. Buku - buku asing dianggap buku - buku 'kapir' dan tiada usaha untuk memahami dan mendalami buku - buku 'kapir' yang menyebabkan umat Islam pun tidak ubahnya seperti umat 'kapir' itu, sedangkan wahyu yang pertama turun kepada Nabi saw kita, adalah 'Baca!' dalam nada perintah, fiil amar, yang menyuruh kita kepada kepentingan membaca. Dari pembacaanlah terhadir naluri dan kekuatan untuk mempersoalkan.



Seterusnya, beberapa persoalan yang akan memukul mati para agamawan jenaka adalah dari persoalan - persoalan Rusli,



3) '..Kita fikirkan sahaja begini: seratus atau dua ratus tahun yang lalu, tidak ada seorang pun yang mengira bahawa di dalam udara yang tidak terlihat ini (tangannya menggapai - gapai) ada elektrik yang kemudian, berkat kepandaian seorang otak besar, iaitu Edison yang termasyhur itu, bisa diambil dari udara ini lantas digunakan untuk keperluan manusia, Ini suatu bukti, bahawa apa yang tidak bisa dilihat itu, belum bererti tidak ada. Dan berpegang kepada kenyataan ini, kita lanjutkan fikiran kita, bahawa dalam udara yang tidak terlihat ini, mungkin masih banyak lagi hal - hal yang pada saat ini belum diketahui orang tetapi sekali kelak akan ketemu juga seperti elektrik pada puluhan tahun yang lalu itu.'



Sebenarnya dalam adegan ini, Rusli sebenarnya hendak mengkritik agama, tetapi perkataan yang telah diboldkan itu, sedikit sebanyak menjawap persoalan cliche Atheist bahawa, tak mesti sesuatu yang tak dinampak, atau tak diketahui hari ini, tetap tidak akan diketahui sampai bila - bila. Akan sampai masanya, rahsia ini akan terbuka juga.




  sumber:
d.wikipedia.org/wiki/Atheis_(novel)



Ulasan




  1. Saya selalu berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan peminjam yang meminjamkan uang tanpa membayar terlebih dahulu.

    Jika Anda mencari pinjaman, perusahaan ini adalah semua yang Anda butuhkan. setiap perusahaan yang meminta Anda untuk biaya pendaftaran lari dari mereka.

    saya menggunakan waktu ini untuk memperingatkan semua rekan saya INDONESIANS. yang telah terjadi di sekitar mencari pinjaman, Anda hanya harus berhati-hati. satu-satunya tempat dan perusahaan yang dapat menawarkan pinjaman Anda adalah SUZAN INVESTMENT COMPANY. Saya mendapat pinjaman saya dari mereka. Mereka adalah satu-satunya pemberi pinjaman yang sah di internet. Lainnya semua pembohong, saya menghabiskan hampir Rp35 juta di tangan pemberi pinjaman palsu.

    Pembayaran yang fleksibel,
    Suku bunga rendah,
    Layanan berkualitas,
    Komisi Tinggi jika Anda memperkenalkan pelanggan

    Hubungi perusahaan: (Suzaninvestment@gmail.com)

    Email pribadi saya: (Ammisha1213@gmail.com)

    BalasPadam

Catat Ulasan

Catatan popular daripada blog ini

Sinopsis Tivi, Karya SN Shahnon Ahmad

  Oleh: Afaf Syukriyah Seperti mana yang telah dijanjikan, saya akan ceritakan serba sedikit sinopsis berkaitan buku ini. Benar, berdasarkan tajuk, memang buku ini berkisar tentang TV – televisyen. Tetapi penulis bijak, beliau lebih kerap mengistilahkan tv sebagai tetamu. Untuk membaca karya ini, pembaca mesti mengkhayalkan latar tempat dan zaman dalam novel ini. Cuba bayangkan suasana cerita adalah di kawasan kampung, kita ambil contoh di daerah Sik atau Yan, Kedah. Sebab kawasan ini lebih dekat dengan jiwa penulis sendiri. Kerana suasana kampung yang terlalu pekat, maka mereka seakan-akan tidak mengenali dunia luar yang sebenarnya, sehinggalah anak kepada pasangan Mat Isa dan Jeha iaitu Chah telah merantau ke bandar besar untuk bekerja di sana. Segala gambaran dunia bandar telah diimport oleh Chah untuk dibawa masuk kepada ahli keluarganya. Berbekal kekayaan hasil bekerja sebagai pekerja kilang skru, Chah telah melimpahkan kekayaan kepada ahli keluarganya dan kekayaan yang paling b

Tan Malaka & Tuhan

Adakah persoalan ini penting sebenarnya? Mempertanyakan sesuatu yang terlalu personal? Persoalan ini akan merambah kepada persoalan lain sebenarnya, yang hujungnya akan membawa kepada pertelingkahan yang berakhir dengan 'nak tanam di jirat mana?' Kerana jika kita mengatakan Tan Malaka seorang yang bertuhan, maka bertuhan yang mana pula? Adakah bertuhan gaya agnostik -yang berdiri antara ragu dan tidak- ? Atau bertuhan gaya deism -yang Tuhan mengoperasikan alam secara mekanikal- ? Atau bertuhan gaya pantheism -yang Tuhan mencair menjadi segala sesuatu- ? Atau bertuhan seperti mereka yang beragama dalam organized religion? Itu juga harus dipecahkan lagi. Organized religion yang mana? Organized religion ardhi (bumi), atau organized religion samawi (langit)? Organized religion ardhi, seperti Hindu, Buddha, atau organized religion samawi atau semitic religion - seperti Yahudi, Kristian dan Islam. Atau mudah ceritalah, Islam. Adakah Tan Malaka seorang yang beragama Islam (Muslim)?

Hayy bin Yaqdzon: Manusia dalam Asuhan Rusa

  Oleh: Amirrul Zaki Ada pertanyaan yang menarik dalam buku ini. Jika Tuhan tidak mengutuskan para Nabi bersamaan kitab suci al-Quran, adakah manusia tidak mengenal Tuhan dan agama? Karya Ibnu Thufail menjelaskan dalam bentuk sastera pertanyaan ini.  Sedikit fakta menarik tentang buku ini. Dalam banyak Ibnu Thufail menulis buku hanya karya Hayy Bin Yadzon dapat diselamatkan dari kebodohan hujung pemerintahan al-Muwahhidun yang mengharamkan ilmu falsafah. Nama penuh Ibnu Thufail adalah Abu Bakr Muhammad Ibn Abd al-Malik Ibn Muhammad Ibn Tufayl al-Qaisi al-Andalusi . Beliau mahir dalam falsafah rasio Aristotle seperti tokoh muslim yang lain seperti Ibnu Sina, al-Kindi dan Ibnu Farabi. Beliau pakar ilmu perubatan sehingga menjadi Doktor peribadi pemerintah. Ibnu Sina juga menulis karya Hayy Bin Yaqdzon tetapi versi berbeza dari karya Ibnu Thufail. Terdapat banyak kekeliruan kerana nama tajuk sama tetapi berbeza penceritaan.  Ibnu Thufail menulis Hayy Bin Yadzon dalam bentuk sastera untuk