Langkau ke kandungan utama

Catatan

Tunjukkan catatan dari Mac, 2014

ORIENTALISME vs OKSIDENTALISME

Karya epic ini, mencuba membawakan perbincangan dan dialog tentang pelbagai tema keislaman bersama para sarjana dari berbagai latar. Mulai dari Shaikh al - Azhar, mursyid Tariqat, intelektual Arab - Islam kontemporer, para Kristen pengkaji Islam, hingga para Orientalis dan Oksidentalis. Melalui buku ini, kita diajak untuk berbincang dan menerawang Islam dari pelbagai sudut pandang. Buku ini mempunyai beberapa bagian. Bagian Satu, Pembaharuan (Tajdid): Menimbang Rasio dan Tradisi. Bagian Dua, Wacana untuk Mencari Makna. Bagian ketiga, Membuka ke Jalan Dialog Peradaban. Dan Bagian Keempat,Tasawuf, Jalan Menemukan Makna Kehidupan. Bagian Satu, dimulakan dengan sosok - sosok kontroversial seperti Mohammad Arkoun, Hassan Hanafi dan Gamal Al - Banna. Bagian Kedua, lebih tentang permasalahan jihad, ekstrimisme agama, fundamentalisme Islam dan jawapan - jawapan terhadap kesalahfahaman tentang Islam, Bagian Ketiga tentang Dialog Peradaban, Kritikan

Jalan Menuju Hikmah: Perspektif Baru Dalam Menilai Al - Ghazali

Selalu orang menuduh al - Ghazali sebagai biang kerok penyebab mundurnya Islam, bahkan seorang tokoh pendidikan Muslim abad XX, Ahmad Fuad al - Ahwani, menyesalkan kehadiran al - Ghazali dalam dunia Islam. Kata al - Ahwani, 'al - Ghazali telah menyembelih dirinya sendiri, seperti seorang menyembelih ayamnya yang bertelurkan emas. Lebih baik kiranya al - Ghazali tidak muncul di dunia Islam, dan sebaliknya dilahirkan dalam dunia Kristian Katolik sana, atau di mana saja. Asal jangan Islam. Oemar Amin Hoesin dengan garang menghukum al - Ghazali dengan mengatakan bahawa pada masa al - Ghazalilah asal mulanya mati kreativiti, kemerdekaan dan kebebasan berfikir. Buku yang ditulis oleh Muhy - i al - Din (Indonesia), atau lebih akrab dipanggil Gus Mus ini, nadanya hampir sama dengan buku nipis berjudul, 'Imam Al - Ghazali sebagai Sarjana Sains Politik' yang ditulis oleh Abu Bakar Hamzah (Malaysia) yang cuba menampilkan sisi - sisi positif di sebalik sisi - sisi negatif

TEOLOGI KIRI MUNIR MULKHAN (BHG II)

‘Tuhan, murkakah Engkau bila aku berbicara denganmu, dengan hati dan otak yang bebas, hati dan otak yang Engkau sendiri telah berikan padaku dengan kemampuan – kemampuan untuk bebasnya sekali? Tuhan, murkakah kau bila otak dengan kemampuan – kemampuannya mengenalnya yang engkau berikan itu dan aku menggunakannya sepenuh – penuhnya kemampuan itu? Tuhan, aku ingin berbicara dengan engkau dalam suasana yang bebas. Aku percaya bahawa Engkau tidak hanya benci pada ucapan – ucapan yang munafik, tetapi juga benci pada fikiran – fikiran yang munafik, iaitu fikiran – fikiran yang tidak berani memikirkan yang timbul dalam alam fikirannya, atau fikiran – fikiran yang pura – pura tidak mahu tahu akan fikirannya sendiri.’ Ahmad Wahib, 9 Jun 1969 Poin paling utama selepas berlepas diri dari pemikiran  absolutism alias holier than thou , di dalam karya Teologi Kiri garapan sarjana Dr. Abdul Munir Mulkhan, seperti yang ditulis Hadi Purwanto, ialah, ‘untuk membangun  theo