SEDUTAN ‘ISLAM AGAMA PROTES’
(disalin semula oleh Endah Iman)
SEBUAH PENDEKATAN UNTUK MEMAHAMI
ISLAM
Kuliah saya (Ali Syari'ati) kali ini adalah tentang berbagai pendekatan yang dapat digunakan untuk mengenal Islam. Ia adalah konsep ilmu pengetahuan yang penting untuk meninjau kembali beragam pendekatan untuk memahami sesuatu agar dapat mencapai suatu metodologi khusus, yang dalam ini adalah untuk memahami Islam.
Perolehan suatu metodologi dalam mengadakan pendekatan atas suatu masalah, merupakan aspek metode ilmu pengetahuan yang penting. Metode yang benar untuk menemukan kebenaran suatu persoalan adalah lebih penting daripada filsafat, sains, atau bakat yang dimiliki seseorang.
Kita mengetahui bahawa Eropah mengalami stagnant selama seribu tahun pada Zaman Pertengahan. Segera setelah periode stagnant ini, berkembang menjadi suatu momentum revolusioner di berbagai bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastera, yakni semua aspek manusia dan sosial. Dan pada saat yang sama, gerakan ini, revolusi pemikiran ini, berubah menjadi dasar peradaban dan budaya hari ini. Sekarang kita harus berhenti dan bertanya kepada diri kita sendiri, bagaimana Eropah yang sebelumnya mengalami stagnant selama seribu tahun, kemudian dalam dua atau tiga abad tiba-tiba berubah arah dan menemukan kebenaran?
Inilah suatu pertanyaan yang penting dan mungkin, paling sulit, yang harus dijawab oleh ilmu pengetahuan.
Tidak syak lagi, di satu sisi banyak faktor yang berbeda yang menyebabkan stagnant Eropah di Zaman Pertengahan, dan di sisi lain, ada berbagai faktor yang dengan tiba-tiba membangunkan Eropah dari tidurnya dan mengarahkannya kepada gerakan dan kemajuan yang dinamis.
Mengenai hal ini, saya harus mengingatkan Anda bahwa faktor terpenting yang menyebabkan stagnant pemikiran, peradaban, dan budaya Eropah selama seribu tahun di Zaman Pertengahan, adalah digunakannya metode analogi Aristotle. Bila cara melihat berbagai masalah berubah, maka ilmu pengetahuan, dunia dan masyarakat juga berubah, dan kehidupan manusia pun turut menyertainya. Di sini kita sedang berbicara tentang perkembangan budaya, pemikiran, dan ilmu pengetahuan.
Inilah sebabnya mengapa kita melihat perubahan dalam pendekatan sebagai faktor utama dalam gerakan ini. Memang benar bahwa penyebab perubahan menurut sudut pandang sosiologi, adalah suatu gerakan dari feodalisme menjadi sistem borjuis, dan gerakan ini sendiri telah meruntuhkan tembok antara Timur Islam dan Barat Kristian, khususnya lewat Perang Salib.
Suatu pendekatan sangatlah sensitif, baik berhubungan dengan kemajuan atau kemerosotan. Bukan kemampuan dalam menimbulkan suatu masalah yang menyebabkan stagnant, apathy atau gerak dan kemajuan, tetapi agaknya, metodologi yang digunakan. Dalam abad keempat dan kelima Sebelum Masehi, ada genius-genius besar yang tidak dapat dibandingkan dengan genius-genius abad keempat belas, kelima belas dan keenam belas.
Tidak disangsikan bahwa Aristotle lebih genius daripada Roger Bacon. Tetapi bagaimana mungkin orang-orang yang memiliki tingkat kegeniusan yang lebih rendah daripada orang seperti Aristotle, telah meletakkan dasar-dasar bagi kemajuan ilmu pengetahuan; sebaliknya, para genius besar itu sendiri telah menyebabkan ribuan tahun stagnant di dunia; dan sebaliknya, orang awam menyebabkan terjadinya kemajuan ilmu pengetahuan dan kesadaran bagi umat manusia?
Alasannya adalah, bahwa jenis yang kedua telah menemukan cara berfikir dan metodologi yang benar. Dengan cara ini orang awam pun dapat menemukan kebenaran, tetapi seorang genius besar yang tidak mengetahui cara pendekatan yang benar terhadap berbagai masalah dan metode berfikir yang benar, tidak dapat menggunakan kecerdasannya secara efektif.
Inilah sebabnya mengapa kita melihat bahwa banyak orang genius yang ada dalam peradaban Yunani abad kelima dan keempat Sebelum Masehi mempengaruhi sejarah kemanusiaan. Mereka berkumpul di Athena, tetapi tidak sebiji roda pun ditemukan di sana. Tetapi sebaliknya Eropah dewasa ini, seorang teknisi awam – yang bahkan tidak dapat memahami Aristotle dan kata-kata Aristotle – telah menemukan ratusan penemuan.
Salah satu contoh yang paling jelas adalah Thomas Edison yang kemampuan filsafatnya lebih rendah dari murid-murid tangan ketiga Aristotle, namun dia menyumbangkan lebih banyak penemuan hukum-hukum alam yang tersembunyi dan kemajuan industri melalui ribuan penemuan besar dan kecil, dan melebihi semua murid yang diberi pelajaran tentang pemikiran Aristotle selama 2,400 tahun.
Berfikir dengan betul adalah seperti berjalan dengan betul. Seseorang yang berjalan lambat dan pincang tetapi memilih jalan yang lurus dan betul, akan sampai ke tujuan lebih cepat daripada seorang juara lari yang berlari di atas jalan bebatuan. Sang juara tidak akan sampai ke tujuan, seberapa cepat pun ia berlari. Sebaliknya, pelari yang pincang, yang telah memilih jalan yang benar, akan mencapai maksud dan tujuannya.
Ulasan
Catat Ulasan